Rabu, 13 Januari 2010

Gaji Guru Naik 30% di Venezuela

Oleh Jesus SA

Pemerintah Venezuela terus bergerak maju memberi pelayanan terhadap rakyatnya. Seperti, peningkatan mutu pendidikan dan peningkatan kesejahteraan guru. Berita yang dihimpun www.Venezuelanalysis.com tanggal 14 Mei 2009 menyatakan, pemerintah Venezuela menetetapkan 30% kenaikan gaji dan menambah tingkat pendapatan bagi sekitar setengah juta guru yang masih aktif maupun yang sudah pensiun.

Menurut Menteri Pendidikan Hector Navarro, guru-guru sekolah umum Venezuela sekarang memperoleh lebih dari 700% dari apa yang mereka telah peroleh sepuluh tahun yang lalu, ketika Presiden Hugo Chávez pertama kali terpilih.

Dalam pernyataan Navarro yang disiarkan oleh TV pemerintah Venezuela, Venezolana de Television, juga mengatakan, guru yang saat ini dalam kondisi semakin baik, tidak hanya dari masalah gaji tetapi juga dalam hal organisasi.


Tidak hanya itu, pemerintah Venezuela juga memberikan jaminan transportasi, kesehatan bagi guru-guru yang masih aktif maupun yang sudah pensiun, dan juga memberikan cuti hamil.

Kebijakan radikal di atas merupakan bukti keberhasilan kepemimpinan revolusioner Chavez yang berorientasi pada kemakmuran rakyat. Kebijakan-kebijakan pro rakyat yang tengah mengumandang di Venezuela tidak terjadi, atau sulit terjadi di banyak negara yang masih menyerahkan semua proses kehidupan rakyatnya kepada mekanisme pasar, tanpa intervensi kuat dari negara.

Melihat kemajuan di Venezuela, Indonesia terlihat masih jauh dari capaian itu. Di Indonesia, guru merupakan bagian dari jajaran pegawai yang bergaji kecil, sangat tidak memadai untuk hidup. Departemen Pendidikan Nasional mencatat jumlah total guru berstatus PNS (Pegawai Negeri Sipil) mencapai 2,7 juta orang (dari SD – SMU). Mereka bergaji antara Rp 1.040 juta per bulan termasuk tunjangan untuk golongan terendah, I A, dan Rp 3,4 juta per bulan untuk golongan tertinggi, IV E dengan masa kerja 32 tahun. Dengan jumlah tersebut, seorang kepala keluarga misalnya dengan tanggungan 2 anak, akan mustahil bisa memenuhi biaya kebutuhan dasar secara layak (rumah sederhana layak huni, makan, pakaian dan pendidikan sampai perguruan tinggi, dan dana asuransi kesehatan yang memadai).

Memang, misalnya pada jaman pemerintahan Gus Dur, guru mendapat kenaikan gaji yang signifikan. Namun kebijakan tersebut masih belum bisa mendongkrak kesejahteraan guru. Meskipun peristiwa itu pernah menjadi fenomena terbesar dalam sejarah kesejahteraan guru. Nyatanya, tingkat kesejahteraan guru masih tetap memprihatinkan. Kenaikan gaji di atas laju inflasi tahun 2008, yang mencapai 11,2 %, yang diharapkan bisa menyesuaikan dengan inflasi, ternyata tidak begitu memberi makna apa-apa bagi kesejahteraan guru.

Mengingat jumlah guru PNS cukup besar dalam komposisi PNS, seharusnya bisa mendorong komitmen pemerintah Indonesia untuk segera memperbaiki tingkat kesejahteraan guru. Namun kebijakan pemerintah Indonesia dalam sektor pendidikan sama sekali belum menjawab persoalan yang secara faktual tetap muncul sepanjang sejarah pendidikan Indonesia—besaran gaji guru tetap tak memadai jika dilihat dari kenaikan harga kebutuhan pokok dan inflasi serta besarnya tanggung jawab pendidikan (menjaga mutu dan prefesionalisme).

Kebijakan Chaves dalam sektor pendidikan memberikan makna bahwa pemerintah Venezuela dengan program-program sosialisnya bersungguh-sungguh mensejahterakan rakyatnya salah satunya melalui kesejahteraan guru dan kualitas pendidikan. Pada saat krisis finansial, konsentrasi negara justru lebih pada pembangunan kapasitas bangsa, bukan pada pembukaan industri berbasis investasi besar yang akan menguntungkan para investor atau pemodal pada skala besar, seperti yang terjadi di Indonesia.

Jesus SA adalah aktivis Hands off Venezuela Indonesia





selengkapnya......

വെനെഴുഎല ദാന്‍ perubahan

Chavez: Pabrik-pabrik harus menjadi “sekolah”

Oleh Ady

Dalam pertemuan yang bertema “transformasi sosialis” pada tanggal 21 Mei 2009 yang berlangsung di komplek industri CVG Ferrominera, Puerto Ordaz, Kota Guayana, Venezuela, Chavez mengumumkan beberapa pabrik yang baru saja dinasionalisasi, yaitu lima pabrik besi dan baja yang terdiri dari Pabrik besi dan baja Orinoco, Venezolana de Prerreducidos of Caroní (VENPRECAR), Materiales Siderúrgicos (MATESI), Complejo Siderúrgico de Guayana (COMSIGUA), Tubos de Acero de Venezuela (TAVSA) dan Pabrik Keramik Caraobo. Kelima pabrik besi dan baja serta satu pabrik keramik yang dinasionalisasi itu merupakan bagian dari langkah Chavez untuk membangun sosialisme Venezuela yang berbasiskan kekuatan massa rakyat pekerja. Chavez juga menjelaskan persetujuan perundingan secara kolektif dari CVG Ferrominera dan berencana untuk membuat komplek pabrik industri besi baja dimana pabrik-pabrik yang tergabung dalam komplek itu harus berada dibawah kontrol buruh. “Mari kita mulai proses nasionalisasi untuk membangun komplek industrial ini”, kata Chavez.



Pertemuan itu dihadiri sekitar 400 buruh, 200 orang diantaranya berasal dari buruh sektor industri alumunium dan 200 orang lainnya berasal dari sektor industri besi dan baja. Chavez, sebagai presiden Venezuela, dalam pertemuan itu ia didampingi oleh beberapa menterinya yaitu Jorge Giordani, Rodolfo Sanz, Rafael Ramírez, dan Alí Rodríguez Araque serta Gubernur Guayana, Francisco Rangel Gómez.

Untuk seluruh massa rakyat di Venezuela, khususnya mereka yang hadir dalam pertemuan itu, Chavez menegaskan bahwa perlunya menggiatkan pendidikan politik bagi buruh, ia mengatakan saat ini “setiap pabrik harus menjadi sekolah, seperti yang dikatakan Che, bahwa untuk membangun tidak hanya membutuhkan briket, besi, baja dan alumunium, namun juga, diatas semuanya, pemuda dan pemudi baru, sebuah masyarakat baru, sebuah masyarakat sosialis”. Chavez juga menegaskan kembali idenya untuk membuat sekolah-sekolah politik, seperti sekolah poltik yang ada di CVG Alcasa, dimana pengelolaannya berada di bawah kontrol pekerja dan diketuai oleh Carloz Lanz. “Saya pikir akan sangat bermanfaat jika segera dibuka Sekolah bagi buruh di Guayana, sebuah Sekolah pendidikan politik bagi buruh; dengan itu maka kita dapat memulai untuk menganalisa berbagai macam persoalan, baik mengenai sosialisme dan dunia, politik, budaya, masyarakat dan ekonomi”. Dengan sekolah-sekolah politik itu diharapkan kesadaran buruh akan meningkat. Sehingga buruh tidak hanya sekedar tahu tentang sosialisme, tapi juga paham, dan mengerti bagaimana mewujudkannya. Karena proyek besar pembangunan transisional menuju sosialisme yang terjadi di Venezuela membutuhkan partisipasi dengan penuh kesadaran massa rakyat pekerja.

Bagi Chavez, Guayana merupakan salah satu kota penting dalam membangun sosialisme di Venezuela , di kota ini program-program sosialisme sedang dijalankan. Dan diharapkan Guayana dapat menjadi kota percontohan bagi kota-kota lainnya di Venezuela bahkan di seluruh dunia. Dengan penuh optimis Chavez mengatakan “Saya yakin bahwa Guayana dan pergerakan di Guayana…akan menjadi platform sosialisme yang besar, dalam membangun sosialisme, kelas pekerja menjadi garda terdepan, kelas pekerja sebagai pelaku utama. Dan Guayana, akan menjadi – disinilah saya melihat – sebuah sekolah Sosialis”.

Chavez juga mengatakan bahwa pembangunan dan perencanaan proses Revolusi Venezuela ini membutuhkan partisipasi sadar dari kelas pekerja. Pidato yang dia berikan merupakan satu langkah maju, tetapi ini harus dipenuhi dan dijalankan melalui aksi-aksi konkrit oleh pekerja sendiri. Kita telah melihat berkali-kali bagaimana rencana-rencana yang telah dipaparkan oleh Chavez terkubur dan diabaikan oleh birokrasi-birokrasi pemerintah yang notabene masih merupakan warisan dari pemerintahan korup yang lama sebelum Chavez. Untuk berangkat dari pidato ke aksi, kelas pekerja Guayana dan segenap kelas pekerja Venezuela harus mengambil tanggung jawab ini.

Kelas pekerja harus mengambil sebuah langkah tegas dan aksi yang konkrit. Komite-komite pabrik harus dipilih secara demokratis dan dapat dipanggil kembali (recall) setiap saat supaya kontrol buruh yang sejati dapat terbentuk. Manajemen dan pembukuan perusahaan harus dikontrol oleh pekerja sendiri supaya surplus-surplus produksi tidak lari ke kantong para birokrat. Kelas pekerja Venezuela harus memiliki manejemen kolektif di dalam setiap divisi dan departemen industri, yang mengontrol semua aspek produksi, termasuk pemasaran dan penjualan, guna membentuk kontrol buruh yang efektif.

Menjelang akhir acara pertemuan itu Chavez menegaskan kembali bahwa revolusi Bolivarian yang sedang dijalankan di Venezuela ini memainkan peran yang sangat besar bagi perkembangan massa rakyat pekerja di seluruh dunia. Seluruh kelas pekerja dunia saat ini melihat dan berharap bahwa proses revolusi sosialisme yang berlangsung di Venezuela dapat mewujudkan terbentuknya Negara buruh sejati. Dengan penuh suka cita di akhir kalimat penutupnya Chavez berucap “Hidup kelas pekerja! Hidup kebebasan di Guayana! Hidup buruh! Hidup Negara sosialis! Patria, Socialismo o Muerte! Venceremos!”

Jakarta 29 Mei 2009
selengkapnya......

Venezuela: Satu tahun setelah nasionalisasi SIDOR–Perjuangan untuk kontrol buruh berlanjut

Posted by Hov Indonesia on 7/27/09 • Categorized as News

Ditulis oleh Patrick Larsen

Selasa, 23 Juni 2009

Satu tahun yang lalu Pabrik SIDOR dinasionalisasi. Sejak saat itu telah terjadi pertarungan berkelanjutan antara para pekerja yang ingin mengimplementasikan kontrol buruh yang sejati dan elemen-elemen yang sedang melakukan segala cara yang memungkinkan untuk menggagalkan pembentukan “perusahaan sosialis” ini. Ini merupakan bagian dari perjuangan umum antara revolusi dan reformisme dalam gerakan buruh Venezuela.

sidor_demo2_300x225Lebih dari satu tahun telah berlalu sejak wakil presiden Venezuela Ramón Carrizales mengumumkan keputusan Chavez untuk menasionalisasi SIDOR, sebuah pabrik baja raksasa yang berlokasi di dekat Ciudad Guayana di bagian timur Venezuela, yang mempekerjakan sekitar 15.000 pekerja. Keputusan untuk menasionalisasi SIDOR yang diproklamirkan pada tanggal 8 April tahun lalu merupakan sebuah kemenangan bersejarah bagi para pekerja di pabrik tersebut.

Pabrik SIDOR dibangun pada tahun 1958 dan menjadi perusahaan milik negara hingga tahun 1997, ketika mantan Presiden Rafael Caldera memutuskan untuk memprivatisasinya. Privatisasi pabrik SIDOR ini dilakukan oleh Teodoro Petkoff, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja. Sekarang Petkoff terkenal karena sikap oposisi kerasnya terhadap Chavez, dan dia adalah editor koran sayap kanan Tal Cual. Pada tahun 1997, pada saat privatisasi SIDOR, Petkoff menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan milik negara sangatlah “tidak efisien” dan lebih baik diserahkan secara gratis daripada mempertahankannya sebagai milik negara!

Privatisasi memiliki dampak yang sangat buruk bagi para pekerja. Segera sesudah perusahaan multinasional Argentina, Techint, menguasai SIDOR, mereka mulai menyerang kondisi kerja para buruh. Dari sekitar 18.000 pekerja kontrak pada 1997, angka tersebut berkurang menjadi 4.500, dan mereka mempekerjakan buruh sub-kontrak dengan jumlah yang besar. Tentu ini mempengaruhi kehidupan ribuan keluarga kelas pekerja dimana pendapatan utama mereka menurun atau mereka dipecat.

SIDOR merupakan salah satu benteng tradisional dari gerakan buruh Venezuela dan telah melalui berbagai macam perjuangan buruh yang historis, protes-protes, dan pemogokan-pemogokan. Dari tahun 1997 hingga 2008, para pekerja hidup melewati apa yang mereka gambarkan sebagai “mimpi buruk”, dimana sebuah perusahaan kapitalis multinasional mencoba memeras laba maksimum dari para pekerja.

sidor_respressionTidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa nasionalisasi terjadi hanya karena perjuangan heroik dan kebulatan tekad dari para pekerja SIDOR yang terus berjuang meskipun ada boikot dari semua media, ada perlawanan keras dari José Ramon Rivero (yang saat itu menjabat Menteri Tenaga Kerja hingga akhir April 2008), ada sabotase dari banyak birokrat dalam aparatus negara dan juga pengkhianatan dari beberapa pemimpin serikat buruh SIDOR, Sutiss. Gerakan dari para buruh mendobrak semua hambatan tersebut, termasuk represi dari Tentara Nasional yang membubarkan dengan paksa demonstrasi buruh SIDOR pada saat itu dan melukai serta menangkap beberapa pekerja.

Berkat kebulatan tekad dan semangat baja dari para pekerja, gol strategis yang pertama telah tercapai: bahwa SIDOR, sekali lagi, menjadi milik negara. Hal ini menunjukkan bagaimana perjuangan kaum pekerja dapat menunjukkan jalan ke sosialisme dan bahkan mendorong Chavez untuk mengambil tindakan tegas melawan kapitalisme. Ini merupakan sebuah contoh yang harus ditiru dan mengandung pelajaran yang sangat berarti bagi seluruh kelas pekerja Venezuela.

Buruh tetap berjuang

Meskipun nasionalisasi merupakan sebuah langkah yang sangat besar, dengan sendirinya ini tidak memecahkan berbagai masalah di SIDOR. Satu tahun setelah nasionalisasi kita melihat banyak problem-problem akut yang masih belum terselesaikan. Ini menyangkut persoalan seperti situasi ribuan buruh sub-kontrak, kondisi kesehatan dan keselamatan di pabrik (ada banyak kecelakaan yang mengakibatkan kematian pekerja akhir-akhir ini) dan berbagai kasus mismanajemen dan bahkan korupsi.

venezuela-marxists-intervene-at-gates-of-sidor-1Nasionalisasi telah menempatkan para pekerja di posisi yang lebih baik untuk memecahkan berbagai masalah, tetapi para pekerja belum memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi dan mereka tidak akan bisa menyelesaikannya hanya melalui nasionalisasi. Satu tahun setelah nasionalisasi kita melihat bahwa para pekerja SIDOR sedang berjuang untuk memanfaatkan peluang-peluang organisasi politik dari nasionalisasi dan sedang berjuang untuk mengimplementasikan kontrol buruh.

Beberapa orang yang skeptis mengklaim bahwa mustahil untuk membangun sebuah perusahaan sosialis di SIDOR karena “rendahnya tingkat kesadaran para pekerja”. Tetapi jika kita melihat sejenak pada kejadian-kejadian baru-baru ini, kita tahu bahwa ini merupakan pandangan yang sepenuhnya keliru.

Sebagaimana telah disebutkan, gerakan para buruh yang sangat luar biasa-lah yang mendorong nasionalisasi SIDOR. Terlebih lagi, segera setelah nasionalisasi, para pekerja-lah yang menjaga berbagai instalasi dan mencegah perusahaan multinasional Techint mencuri mesin-mesin, komputer-komputer dan dokumen-dokumen milik perusahaan untuk mensabotase nasionalisasi. Dengan insting kelas dan sikap revolusioner yang jelas, para pekerja meminta pemerintah untuk segera mengirim sebuah komisi ke perusahaan untuk memulai proses penyerahan manajemen, dan sementara itu mereka akan menjaga mesin-mesin, bahan-bahan baku, dan informasi administratif yang diperlukan untuk jalannya perusahaan.

Contoh lain dari semangat baja para pekerja untuk tetap berjuang adalah dibukanya UBT (Universitas Buruh Bolivarian) untuk pertama kalinya di SIDOR pada bulan April 2009. Universitas ini, yang diorganisasi oleh FRTS (Front Revolusioner Buruh Besi), memberikan pendidikan gratis kepada kaum pekerja dan juga memberikan kelas-kelas politik serta ideologi. Lebih dari 1.300 pekerja terdaftar sebagai mahasiswa di UBT. Ini mencerminkan minat yang besar terhadap ide-ide sosialis dan juga hasrat dari para pekerja untuk memperoleh pengetahuan teknis untuk menjalankan pabrik.

Pemilihan manajer dan peran dewan buruh

Dari pengalaman di atas, kita harus menyebutkan satu pengalaman terbaru dari para pekerja di “Departamento de mantenimiento de Crudas”. Pada bulan Agustus tahun lalu para pekerja di departemen ini mengorganisasi sebuah oposisi terhadap penunjukan seorang individu, yang dari dulu sudah terkait erat dengan perusahaan multinasional Argentina, sebagai manajer dari departemen ini.

Para pekerja mengadakan suatu pertemuan umum dan memutuskan untuk menyelenggarakan pemilihan di kalangan pekerja untuk menempati posisi tersebut. Dalam keputusan ini mereka mendapatkan dukungan dari SUTISS, serikat buruh di SIDOR. Sementara individu yang terkait dengan Techint hanya menerima 30 suara, César Olarte, seorang Sosialis yang dikenal luas dan anggota dari FRTS, menang dengan lebih dari 80 suara. Pada akhirnya perusahaan menerima keputusan dari para pekerja. Proses yang sama juga terjadi di departemen-departemen lainnya. Pengalaman ini sangat penting karena ini menunjukkan cara untuk mengimplementasikan kontrol buruh secara nyata.

Dalam pidatonya kepada para pekerja Guayana pada tanggal 21 Maret (lihat Venezuela: Five iron and steel plants and the Carabobo Ceramics nationalised) Presiden Chavez menegaskan bahwa kaum pekerja harus memilih para manajer. Kasus di atas membuktikan bahwa hal ini sangatlah mungkin. Pemilihan dari bawah terhadap keseluruhan manajer – dengan hak recall – pada kenyataannya merupakan cara terbaik untuk menjamin bahwa para manajer ini adalah kamerad-kamerad dengan sikap revolusioner sejati dan memiliki dedikasi yang teruji.

Seperti dalam kasus PDVSA pada saat lockout tahun 2002, semua kondisi ada untuk pengembangan kontrol buruh di SIDOR. Serikat buruh harus segera menyerukan pertemuan massa untuk memilih sebuah Komite Pabrik dengan memilih delegasi-deledasi dari tiap-tiap tempat kerja dan departemen dalam perusahaan tersebut, dan komite ini akan memantau dan mengawasi seluruh kegiatan perusahaan dan mengawasi para manajer serta para insinyur. Komite ini harus memasukkan para pekerja sub-kontrak dalam satu tubuh, sebagai langkah pertama menuju persatuan buruh SIDOR.

Pada saat yang sama, sangat penting sekali bagi para pekerja untuk memiliki pengetahuan tentang keuangan perusahaan. Pembukuan perusahaan harus dibuka untuk pemeriksaan dari perwakilan pekerja yang telah ditunjuk. Perencanaan produksi yang demokratik hanya mungkin jika pekerja mengetahui situasi ekonomi perusahaan. Dengan begitu, para pekerja dapat menyusun suatu rencana produksi yang akan menguntungkan kaum pekerja dan masyarakat Venezuela secara keseluruhan dan juga memutuskan secara demokratis mana bagian dari produksi yang harus diekspor dan mana bagian yang akan digunakan untuk pengembangan industri Venezuela.

Di dalam gerakan serikat buruh Venezuela ada perdebatan yang sedang terjadi mengenai hubungan antara dewan buruh dan serikat buruh. Dalam diskusi ini, satu sektor bersikeras mempertahankan serikat buruh sedangkan sektor yang lain mendukung dewan buruh. Akan tetapi, dewan buruh bukanlah sebuah organ yang berlawanan dengan serikat buruh. Serikat buruh masih memiliki sebuah peran umum sebagai platform sentral dari perjuangan untuk tuntutan-tuntutan buruh dan kepentingan-kepentingan dasar kelas buruh.

Sebuah gagasan yang mengatakan bahwa dewan buruh harus menjadi kompetitor dan lawan bagi serikat buruh merupakan gagasan yang reaksioner. Ini adalah gagasan yang terutama sekali dikedepankan oleh sebuah kelompok di dalam gerakan buruh yang berada di sekitar Jose Ramon Rivero, mantan menteri tenaga kerja. Tetapi daripada mempertentangkan dewan buruh dengan serikat buruh, apa yang benar-benar diperlukan adalah sebuah kampanye yang penuh energi untuk mendorong kontrol buruh, dengan menjelaskan bahwa kontrol buruh adalah satu-satunya cara untuk memecahkan masalah-masalah di pabrik; tenaga kerja sub-kontrak, kecelakaan kerja dan tuntutan-tuntutan harian lainnya. Kampanye yang seperti itu harus diarahkan ke anggota-anggota serikat buruh SUTISS dan para buruh yang bekerja di perusahaan-perusahaan sub-kontrak untuk meyakinkan mereka tentang perlunya langkah ini dan mendorong mereka untuk mengambil tindakan dalam hal ini.

Sabotase terencana

presidencia_de_la_republica_del_ecuador-sidor-2Peristiwa baru-baru ini di SIDOR membuktikan bahwa implementasi kontrol buruh bukan hanya merupakan “sebuah gagasan yang baik” tetapi sangat diperlukan. Sudah ada beberapa kasus sabotase yang bertujuan untuk menghentikan produksi atau memperlambatnya. Pada hari Minggu, tanggal 7 Juni, tiba-tiba terjadi kebakaran di Midrex II, salah satu tempat pengelolaan besi di SIDOR. Dalam sebuah artikel di surat kabar daerah, Nueva Prensa, pada tanggal 10 Juni, Alianza Sindical – salah satu fraksi serikat buruh sayap kiri di SIDOR – menyatakan bahwa kebakaran ini merupakan aksi sabotase yang disengaja:

”Luis Jimenez, presiden Dewan Pengawas Departemen Sutiss dan anggota dari gerakan serikat buruh yang tersebut di atas, menjelaskan bahwa ada bukti kuat bahwa api telah disulut oleh orang-orang yang paham mengenai proses produksi pabrik tersebut, karena kecermatan dalam memotong kabel listrik.

“Dia menambahkan bahwa terdapat banyak implikasi yang mengalir dari kecelakaan di Midrex II terhadap produksi, karena pabrik tersebut merupakan elemen kunci dalam rantai produksi di Sidor yang menyediakan 70% bahan baku untuk menyuplai briket dan peleburan pelat . ‘Yang melakukan ini mengetahui Sidor dengan sangat baik dan ingin menciptakan problem-problem operasional yang masif di pabrik baja ini.’

“Jimenez mengutuk kalangan manajer dan para pekerja sayap kanan, yang ingin menciptakan sebuah citra negatif terhadap pabrik Sosialis Sidor dan terhadap nasionalisasi Siderurgica del Orinoco (Sidor). ‘Mereka ingin menggunakan aksi-aksi ini untuk menciptakan konflik di dalam perusahaan, tetapi kita tidak akan tinggal diam. Para pekerja akan tetap waspada terhadap usaha-usaha lain yang bertujuan mengancam produksi dan meruntuhkan proses sejarah yang sedang kita jalani di Sidor’.”

Ini bukanlah kasus sabotase yang pertama dan tentunya juga bukan yang terakhir. Mayoritas besar para manajer di SIDOR masih tetap orang-orang yang telah ditunjuk oleh perusahaan multinasional Argentina. Mayoritas dari para manajer ini menandatangani surat pernyataan yang menuntut pemecatan Chavez pada tahun 2004 dan juga menandatangani surat pernyataan menentang nasionalisasi SIDOR pada tahun 2007. Seperti yang dijelaskan oleh Luis Jiménez, para manajer ini berusaha keras menyabotase produksi karena mereka ingin mendiskreditkan gagasan “perusahaan Sosialis” dan berusaha menunjukkan bahwa nasionalisasi merupakan keputusan yang keliru.

Bagaimana membangun perusahaan Sosialis

Ketika presiden Chavez mengunjungi SIDOR pada tanggal 12 Mei 2008 lalu, dia memberikan sebuah mandat yang jelas untuk membangun apa yang dia sebut sebagai “perusahaan Sosialis”. Dia mengatakan bahwa ada dua target utama: mempertahankan sebuah perusahaan yang efisien dan menciptakan kondisi yang lebih “manusiawi” bagi para pekerja. Tetapi setelah satu tahun nasionalisasi kita melihat bahwa hal ini mustahil untuk dicapai jika struktur dasar kapitalis tetap utuh. Tanpa kontrol dan manajemen buruh mustahil untuk membangun sebuah perusahaan Sosialis.

Dalam konteks sabotase dan divisi kelas yang tajam di pabrik, kontrol buruh tidak hanya akan menjadi sesuatu yang baik. Hal ini sangat diperlukan. Masalah kontrol buruh sangatlah konkrit: Apakah mungkin menempatkan kepercayaan kita pada para manajer yang sama yang memimpin perusahaan selama periode dimana pabrik dijalankan oleh perusahaan multinasional Argentina? Dapatkah kita mempercayai orang-orang yang kemarin menandatangani surat seruan untuk memecat Chavez dan mengakhiri revolusi? Dapatkah kita membiarkan orang-orang yang tidak memiliki kontak langsung dengan para pekerja menjalankan pabrik kita?

opening_cmr_congress09pinaJawaban yang jelas adalah TIDAK. Jika elemen-elemen kontra-revolusioner dan birokratik ini dibiarkan begitu saja, mereka akan mendorong pabrik ini ke jalan menuju jurang. Para pekerja SIDOR akan berjuang laksana harimau untuk mencegah hal tersebut.

Dalam pidatonya pada tanggal 21 Mei 2009, Chavez mengatakan bahwa dia mendukung kontrol buruh dan bahkan juga mendukung pemilihan para manajer oleh pekerja. Dia juga memberikan dorongan baru untuk perjuangan kelas di Guayana dengan nasionalisasi perusahaan briket yang secara langsung terkait dengan SIDOR, Orinoco Iron, Matessi dan Tassa. Para pekerja di pabrik-pabrik ini telah mengambil langkah-langkah konkrit dengan mengorganisasi diri mereka sendiri dan tengah mendorong implementasi kontrol buruh.

CMR (Corriente Marxista Revolucionaria, seksi Venezuela dari IMT) – yang menyelenggarakan kongres dengan sukses pada bulan Mei di SIDOR – sedang membangun kekuatannya di SIDOR dan beberapa pabrik lainnya di Guayana. Hanya dengan sebuah tendensi Marxis yang kuat, yang berakar kuat di pabrik-pabrik yang paling penting, para pekerja bisa menang melawan para manajer korup dan menciptakan sebuah administrasi buruh yang sejati dalam perekonomian secara keseluruhan.

Diterjemahkan oleh Syaiful dari “Venezuela: One year after the nationalization of SIDOR – Struggle for workers’ control continues”, Patrick Larsen, 23 Juni 2009

























selengkapnya......